DAFTAR ISI
Gaslighting itu Apa?
Gaslighting adalah jenis manipulasi yang menyebabkan seseorang meragukan keyakinan, kewarasan, atau ingatannya sendiri. Gaslighting itu dapat merusak kepercayaan seseorang terhadap realitasnya. Mereka akan menciptakan sebuah dunia di mana sudut pandang orang lain (korban) tidak dapat dipercaya, tidak berfungsi, atau tidak benar. Alih-alih hanya terjadi satu kali, gaslighting cenderung terjadi selama berminggu-minggu atau bertahun-tahun. Gaslighting terus-menerus merusak kepercayaan diri dan kesejahteraan korban. Seiring berjalannya waktu, keraguan korban dapat membuat mereka merasa bingung, takut, dan tidak bahagia. Gaslighting dapat terjadi dalam hubungan romantis, persahabatan, keluarga, tempat kerja dan di media sosial.
Contoh: Hubungan suami dan istri
Suami Ira lebih banyak menghabiskan waktu jauh dari rumah dan menyembunyikan ponselnya. Ira curiga dia berselingkuh. Ketika dia menghadapinya, dia menjadi marah, menyangkal berselingkuh, dan menuduh Ira “gila”. Meski Ira khawatir, dia mulai meragukan kecurigaannya. Dinamika ini berlanjut hingga berbulan-bulan, hingga akhirnya suaminya mengaku selingkuh.
Mengapa orang melakukan Gaslighting?
Gaslighting sering digunakan sebagai metode kontrol terhadap orang lain. Ketika seseorang mulai meragukan ingatan atau kewarasannya, mereka mungkin mengandalkan pemantik api/ gaslighting untuk memahami berbagai hal. Dengan cara ini, pelaku gaslighting diangkat ke posisi kekuasaan atau otoritas.
Lebih jauh lagi, gaslighting membatalkan sudut pandang korban. Korban dianggap salah atau tidak bisa dipercaya, sehingga gaslighter selalu diuntungkan dalam hubungan. Pemantik api gas menjadi satu-satunya dalam hubungan yang bisa dipercaya.
Bagaimana cara kerja gaslighter?
Gaslighter meyakinkan korban bahwa mereka salah, bahwa mereka tidak ingat dengan baik, atau bahwa mereka tidak sehat secara mental. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti “itu tidak pernah terjadi” atau “kamu gila”. Pada awalnya, korban mungkin tidak yakin. Namun, gaslighting terjadi terus-menerus dan, seiring berjalannya waktu, korban mulai mempercayai sudut pandangnya.
Taktik Gaslighting Umum
Penyangkalan : Gaslighting memberi tahu korban bahwa suatu peristiwa atau percakapan tidak terjadi, atau tidak terjadi seperti yang dilihat oleh korban. “Saya tidak pernah mengatakan itu.” “Bukan itu yang terjadi sama sekali!” gaslighter menyela korban atau mencoba mengubah topik pembicaraan. “Kita bisa membicarakan hal lain?” “Hei, ayo kita makan dulu.”
Abaikan atau Hindari : Pelaku gaslighting menolak mengajak korban berbincang atau menyampaikan kekhawatirannya.
Gaslighter menaikkan volume televisi untuk menenggelamkan korban.
Gaslighter meninggalkan rumah dan tidak kembali selama berjam-jam.
Meminimalkan atau meremehkan: Gaslighter meremehkan situasi atau tuduhan yang serius.
“Lagi pula, itu bukan apa-apa.” “Bagaimanapun, ini bukan masalah besar.”
Proyeksi: Pelaku gaslighting menuduh korban melakukan perilaku yang sama dengan yang mereka lakukan.
“Saya tidak berselingkuh. Mungkin Andalah yang menyembunyikan sesuatu! “Sepertinya kamu berbohong tentang sesuatu.”
Cemoohan: Pelaku gaslighting menghina dan merendahkan korban sehingga menimbulkan keraguan pada diri sendiri.
“Kamu idiot; kamu tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.” “Kamu terdengar gila jika berbicara seperti itu.”
Sabotase: Pelaku gaslighting merendahkan korban agar terlihat tidak kompeten.
Buang surat korban agar tidak bisa membayar tagihan tepat waktu.
Merusak mobil korban hingga tidak bisa keluar rumah.
Ancaman: Pelaku gaslighting mengancam akan mendapatkan hasil negatif karena tidak mempercayai dirinya atau sudut pandangnya.
“Jika kamu tidak bisa melihat segala sesuatunya sesuai sudut pandangku, hubungan ini sudah berakhir.”
“Mereka akan mengambil anak-anakmu jika kamu terus mengatakan itu!”
Adu domba
Gaslighter sering kali merekrut orang lain (teman, anak, atau anggota keluarga lainnya) untuk memperkuat dukungan terhadap taktik mereka. Misalnya, mereka mungkin memberi tahu orang lain bahwa korbannya “gila” dan tidak bisa dipercaya.
Pengalaman korban gaslighting
Korban gaslighting kemungkinan besar memiliki keraguan diri yang mendalam. Selain itu, mereka mungkin merasa bingung, sakit hati, dan sedih.Korban gaslighting bisa mempertanyakan keyakinan mereka Merasa seperti “menjadi gila” atau meragukan ingatan mereka. Anda kesulitan mengambil keputusan. Anda merasa bingung, takut, atau tidak bahagia. Anda memiliki harga diri yang rendah. Mereka kesulitan menjelaskan situasi mereka. Mereka merasa bergantung pada gaslighter. Mereka merasa emosi mereka tidak valid. Korban mungkin berpikir atau berkata…
“Saya tidak yakin lagi dengan apa yang saya pikirkan.” “Saya kira saya pasti salah paham.” “Aku tidak tahu lagi apa yang nyata.” “Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Bagaimana mempertahankan diri terhadap gaslighting, buatlah jurnal dokumentasi untuk mencatat realitas Anda sebagai bukti tentang diri anda, carilah circle pertemanan baru yang positif sehingga anda dapat segera menyadari posisi anda atau jati diri anda.